Selesai Tidak Selesai, Anda Yang Putuskan

Idenya sudah ada. Tokohnya sudah dikenal baik. Latar tempatnya terasa nyata. Hebatnya, akhir ceritanya sudah tahu. Kopi pun sudah siap. Musik favorit sedang diputar. Anda siap untuk menulis cerpen pertama Anda.

Tapi apa yang terjadi?

Satu kalimat pertama baru saja ditulis. Tapi Anda merasa itu tidak terlalu bagus. Anda hapus.

Anda menulis lagi. Lagi-lagi tidak bagus. Anda hapus lagi.

Anda coba cara lain. Tapi tidak berhasil. Masih tidak cukup bagus.

Anda mulai lagi. Anda hapus lagi.

Anda mulai lagi. Anda hapus lagi.

Anda menyerah. Akhirnya.

Anda tidak sendiri. Banyak penulis pemula, atau berpengalaman sekalipun, yang berhenti menulis. Untuk sementara atau permanen. Ada yang berhenti di kata pertama. Ada yang berhenti di kalimat pertama. Ada yang berhenti di paragraf pertama. Ada yang berhenti di halaman kedua. Ada yang berhenti di halaman kesepuluh.

Alasannya bermacam-macam. Ada yang kehabisan ide. Ada yang tidak tahu cara menulisnya. Ada yang tidak punya waktu. Dan lain sebagainya.

Menulis cerpen, sama seperti hobi lainnya, butuh ketekunan dan kerja keras. Prosesnya sulit dan menyakitkan—meskipun di antara itu ada momen-momen yang menyenangkan, bisa tertawa sendiri saat sedang menulis satu adegan lucu atau terharu saat menulis adegan perpisahan.

*      *      *